Langsung ke konten utama

Menunggu

Tiap saya harus pergi ke jakarta naik KRL dari depok, hampir dapat dipastikan keretanya akan menunggu antrian masuk menuju stasiun Manggarai. Anker alias anak kereta pasti tahu betul rasanya gimana. Kalau pas lagi buru-buru pasti langsung merasa gelisah, berkeringat dingin, gigit bibir, berulang kali ngecek jam, dan waktu berjalan terasa lambat sekali. Mungkin juga tanpa sadar bergumam, 'Ya Allah lama banget berentinya, kapan jalannya nih kereta...'

Pengalaman mengantri atau menunggu dalam antrian itu pasti pernah kita rasakan sehari-hari. Bisa jadi saat mengurus paspor di imigrasi, berobat ke dokter, membuat/perpanjang sim-stnk, atau sesederhana antre buat isi bensin. Tak jarang saat menunggu giliran kita, waktu berasa sangat lambat, entah karena kita lagi buru-buru atau memang pelayanannya lambat banget. Dan tak sadar, suasana hati kita berubah cuma gara-gara menunggu.
sumber

Menunggu, apalagi jika tidak jelas kapan atau berapa lama lagi giliran kita, memang gak pernah enak rasanya. Seringkali, hal ini membuat perasaan kita jadi gelisah dan tak nyaman. Kesabaran mulai menipis, mood memburuk, dan waktu habis untuk menyalahkan pihak yang mungkin menyebabkan lamanya antrian. Astaghfirullah..

Saya jadi teringat sebuah video dari mendiang Stephen Covey, penulis buku 7 Habits, yang judulnya "Carry Your Own Weather". Waktu itu saya belum baca bukunya, tapi cukup menangkap apa pesan intinya: jadilah proaktif. Seringkali kita mudah terpengaruh oleh faktor eksternal seperti cuaca, misal ketika senin pagi hujan deras pasti rasanya males banget buat berangkat kerja, pengennya ngumpet aja di bawah selimut di kamar. Itu namanya reaktif. Untuk jadi proaktif, tak peduli seperti apa kondisi eksternal di luar diri, kita mampu untuk membuat suasana hati yang kita inginkan.

Wajar untuk kita merasa gelisah saat menunggu, tapi kita juga bisa memilih untuk tetap merasa nyaman. Menjadi proaktif berarti kita tidak mempedulikan faktor eksternal yang di luar kuasa kita, dan hanya berfokus pada apa yang dapat kita lakukan. Jika waktu pelayanan yang kita tunggu tak mungkin kita ubah, waktu saat menunggu yang kita punya bisa digunakan untuk hal lain, misal tilawah atau baca buku. Kita hanya perlu bersabar dan mengalihkan fokus ke dalam, karena pada akhirnya insya Allah akan tiba saatnya giliran kita.

Jadi keinget pas menelusuri jalan trans sumatera tahun lalu, salah satunya ketika naik 'taksi' dari parapat ke bukit tinggi. Perjalanan hampir 18 jam, dengan jalan berliku naik turun bukit. Kalau memilih untuk stress, sangat-sangat bisa dimaklumi saat itu. Namun selama di jalan, kami memilih untuk menikmati pesona hijaunya alam dan beragamnya kehidupan di pedesaan. Karena kami tahu, karena pada akhirnya, insyaAllah akan tiba juga di tujuan.

Apalagi jika kita telah bersabar menunggu sesuatu selama beberapa tahun, maka hitungan beberapa bulan saja harusnya waktu yang sedikit untuk terus ditunggu. Karena yakinlah, Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, di saat yang paling tepat menurutNya.

"... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Q.S Az-Zumar : 10)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pranala Blog-nya anak Jagung

Yak berikut daftar pranala blog anak fasilkom ui 2009 alias Jagung. Dicari dan diambil dari berbagai sumber secara brute force. Yang diambil adalah blog dengan domain sendiri atau yang ada di blogspot, wordpress, blogsome, deviantart, tumblr, .co.cc, dan livejournal. Selain itu seperti formspring dan twitter tidak dimasukkan karena kayaknya bukan termasuk kategori 'blog'. Kalau ada yang ingin menambahkan atau justru tidak ingin dimasukkan, feel free to contact me :)

Satu Tahun Kemudian

Ibarat film, blog ini mengalami percepatan lini masa ke satu tahun mendatang, sejak entri pos terakhir ada. Tidak sama persis sih, karena memang secara harfiah setahun (lebih) kemudian baru nulis lagi, bukan percepatan. Hahaha, cuma bisa ketawa miris xD Banyak banget yang sudah terjadi selama setahun terakhir ini. Buat teman-teman saya yang terhubung di media sosial, khususnya facebook, tentunya tahu peristiwa bersejarah untuk saya tahun lalu: menikah. Sejak saat itu, dunia yang tadinya seakan diputar dalam pola warna grayscale dari kacamata seorang jomlo, berubah menjadi full color . :D sumber

Knowing

Hari rabu minggu lalu, entah setelah berapa lama akhirnya penulis berkesempatan untuk menonton bioskop lagi. Mungkin sudah lebih dari setengah tahun kali ya, selama itu nonton film ‘bioskop’nya di kelas atau gak laptop sendiri, hehe. Lumayan menghemat loh, misalkan paling murah tiket bioskop 10.000, sebulan paling gak ada satu film baru yang wajib tonton, 6x10000= 60.000! belum lagi ongkos, snack atau makannya, minum juga pastinya, benar2 menghemat kan. haha, perhitungan banget ye. Apapun itu, film yang berhasil ditonton minggu lalu adalah Knowing. Ada yang unik saat memutuskan untuk menonton film ini. Begini ceritanya, penulis memilih bioskop yang paling dekat rumah untuk menonton (hidup cijantung!), dan kebetulan film yang diputar salah satunya adalah Knowing. Ternyata Knowing itu satu-satunya film produksi luar negeri yang ada di daftar main bioskop itu, lainnya film dalam negeri. Sekedar informasi, di daerah sini memang yang lebih laku itu film lokal, film hollywood gitu cuma sedi