Langsung ke konten utama

Alasan

Minggu lalu, gim Pókemon Go resmi tersedia di Indonesia dan beberapa negara asia lainnya. Tapi yaa dari awal peluncurannya pas lebaran kita udah bisa maenin sih. Temen-temen di kantor pun pada maenin, sampe bikin grup whatsapp sendiri khusus bahas ini. Hype banget emang nih game, dari yg remaja sampe kakek-kakek gak mau ketinggalan.

Tapi yah setelah sebulan, kayaknya banyak yang mulai berenti maen. Entah karena target levelnya udah tercapai atau simply mulai bosen aja. Kemaren pas saya lagi ngebuka game-nya, ada yg nyeletuk, 'Masih maen itu (pokemon) aja'. Ya saya sih nyengir aja, karena emang masih asik aja maeninnya. Oh dan tentu saja, maeninnya sesuai dengan yang dimaksud oleh developer-nya, gak pake cara curang alias fake gps atau bot2 gitu, hehe.

Dari kejadian di atas saya sadar, ternyata tiap orang punya alasannya sendiri dalam melakukan suatu hal. Kayak maen pokemon go ini: mungkin ada yang cuma ikut-ikutan tren aja, mau nostalgia, suka sama series2 gim sebelumnya, dan lain-lain. Dan pada suatu titik, ketika alasan itu sudah tidak relevan lagi, atau mulai kehilangan makna, ya wajar akhirnya banyak yang berhenti main. Hm, jadi mikir, kenapa ya saya sendiri masih maen..
sumber

Well, selain karena levelnya yang masih kurang, saya merasa maen pokemon ini punya efek positif buat diri sendiri. Apa itu? jadi lebih sering keliling, hehe. Juga pas lagi naek sepeda ke kantor, jadi gak bosen karena bisa nyambi maen. Sebelum ada pokemon, pas pergi-pulang naek sepeda itu cenderung bosen, gowes-gowes doang. Setelah ada pokemon, saya jadi ada maenan selama di jalan. Terima kasih pokemon :D

Secara umum, tiap orang punya alasannya masing-masing dalam banyak hal. Mungkin agak sedikit berbeda dengan niat, tapi masih berhubungan. Misal beli hape merk A, niatnya buat dikasih ke adik. Tapi kenapa beli merk A bukan B? bisa jadi karena model A lebih disukai adiknya. Nah, mungkin niat itu adalah penggerak pertama kita, sedangkan alasan adalah hal-hal rasional yang menjadi penentu akhir perbuatan kita. Gitu kali ya, hmm..

Apapun itu, yang perlu kita sadari adalah, jangan sampai kita menilai (judging) orang lain atas suatu perbuatannya tanpa kita tahu alasan orang itu melakukannya. Dalam ilmu syariat pun, kita tak bisa menilai atau menghukum sesuatu yang tidak ada buktinya secara zhahir (nyata), cmiiw. Juga ada kisah dalam hadits yang cukup mahsyur tentang seorang kafir mengucap kalimat syahadat ketika hendak akan dibunuh. Namun, sahabat yg berhadapan tetap membunuhnya. Rasul yang mengetahui hal ini pun memperingatinya, "Apakah kau telah belah dadanya hingga tahu isinya?". Lengkapnya bisa liat di sini.

Terlepas dari itu, kita pun sebaiknya memastikan agar alasan-alasan yang mendasari tiap perbuatan kita sehari-hari sudah sesuai dengan niat baik kita. Jika kita memiliki niat yang berorientasi untuk mencari ridho Allah, maka sudah sepatutnya jika alasan-alasan yang mengikutinya pun berada dalam koridor yang diridhoi-Nya. Tampak luar bisa terlihat sama, namun isi hati siapa yang tahu selain kita dan Dia Yang Maha Mengetahui. WaLlahu'alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pranala Blog-nya anak Jagung

Yak berikut daftar pranala blog anak fasilkom ui 2009 alias Jagung. Dicari dan diambil dari berbagai sumber secara brute force. Yang diambil adalah blog dengan domain sendiri atau yang ada di blogspot, wordpress, blogsome, deviantart, tumblr, .co.cc, dan livejournal. Selain itu seperti formspring dan twitter tidak dimasukkan karena kayaknya bukan termasuk kategori 'blog'. Kalau ada yang ingin menambahkan atau justru tidak ingin dimasukkan, feel free to contact me :)

Satu Tahun Kemudian

Ibarat film, blog ini mengalami percepatan lini masa ke satu tahun mendatang, sejak entri pos terakhir ada. Tidak sama persis sih, karena memang secara harfiah setahun (lebih) kemudian baru nulis lagi, bukan percepatan. Hahaha, cuma bisa ketawa miris xD Banyak banget yang sudah terjadi selama setahun terakhir ini. Buat teman-teman saya yang terhubung di media sosial, khususnya facebook, tentunya tahu peristiwa bersejarah untuk saya tahun lalu: menikah. Sejak saat itu, dunia yang tadinya seakan diputar dalam pola warna grayscale dari kacamata seorang jomlo, berubah menjadi full color . :D sumber

Knowing

Hari rabu minggu lalu, entah setelah berapa lama akhirnya penulis berkesempatan untuk menonton bioskop lagi. Mungkin sudah lebih dari setengah tahun kali ya, selama itu nonton film ‘bioskop’nya di kelas atau gak laptop sendiri, hehe. Lumayan menghemat loh, misalkan paling murah tiket bioskop 10.000, sebulan paling gak ada satu film baru yang wajib tonton, 6x10000= 60.000! belum lagi ongkos, snack atau makannya, minum juga pastinya, benar2 menghemat kan. haha, perhitungan banget ye. Apapun itu, film yang berhasil ditonton minggu lalu adalah Knowing. Ada yang unik saat memutuskan untuk menonton film ini. Begini ceritanya, penulis memilih bioskop yang paling dekat rumah untuk menonton (hidup cijantung!), dan kebetulan film yang diputar salah satunya adalah Knowing. Ternyata Knowing itu satu-satunya film produksi luar negeri yang ada di daftar main bioskop itu, lainnya film dalam negeri. Sekedar informasi, di daerah sini memang yang lebih laku itu film lokal, film hollywood gitu cuma sedi