Langsung ke konten utama

Overthinking

Pernah gak, sesekali merasa cemas berlebih hanya karena overthinking akan sesuatu yang belum terjadi? Sebagai seorang yg katanya cenderung introvert, saya sering banget ngerasain kayak gitu. Misalnya aja tulisan ini, atau blog ini. Pas lagi nulis sering banget muncul pertanyaan: kalo nulis gini ada yg ngerti gak ya? atau ada yg tersinggung gak ya? nyambung gak ya? ada yg suka gak ya? atau malah ada yg baca gak ya? dan pertanyaan 'gak ya' lainnya..

Dan gak jarang, akhirnya saya menahan sesuatu yang tadinya mau ditulis atau dilakukan. Yang sering juga dirasakan adalah pas interaksi sosial, saya seringkali menahan untuk bertanya ini itu hanya karena khawatir orang lain akan merasa terganggu. Atau tersinggung. Atau dianggap tak sopan. Atau dianggap orang aneh. Atau ini dan itu lainnya. Akhirnya, kalo gak butuh banget ya diem aja deh, end.

Untuk orang yang tidak dekat dan atau baru kenal, pastilah mengira saya orang yang pendiam. Gak salah sih, tapi bukan berarti diamnya saya itu gak ngapa-ngapain #tsaah xD. Sebagai seorang INTP yang katanya punya primary function introverted-thinking, saya memang cenderung untuk berpikir dan menganalisa dalam diam. Saya memang bukan orang yang pandai berbasa-basi atau bahasa gaulnya 'cair' di lingkungan yang baru atau kurang familiar.

Sifat 'berpikir dalam diam' ini cukup baik dalam pengambilan keputusan, namun ketika berlebihan malah jadi bumerang. Seperti contoh di awal tulisan, ketika berpikir terlalu jauh alias overthinking, biasanya malah gak jadi ngapa2in. Padahal semua hal yang kita cemaskan itu hanya terjadi di kepala, dan sialnya dianggap nyata oleh otak sehingga mendorong kita untuk tidak melakukannya. Kenyataannya, seringkali asumsi yang membuat cemas itu tak pernah terjadi sama sekali. Ataupun jika terjadi, tak perlu kita tanggapi dengan serius. Semua masih berjalan sebagaimana mestinya, gak ada yg berubah banyak.

Sayangnya, walaupun saya tahu fakta itu, entah kenapa belum membuat saya mudah untuk melakukan hal-hal tertentu yang bersifat, hmm, personal. Untuk hal ini saya tidak mudah meyakinkan diri bahwa asumsi skenario terburuk itu hanyalah asumsi. Dan jika dilakukan akan membawa dampak yang lebih banyak baiknya daripada kemungkinan buruknya. Suseh dah emang otak gw..xD

Salah satu cara yang seringkali berhasil adalah dengan mengingat quote dari michael jordan yang kira-kira artinya: "Saya menerima kegagalan, tapi menolak tidak mencoba", dengan kata lain ya just do it! Atau dengan redaksi kata yang lain: "Jawabannya akan selalu 'tidak' jika kita tak pernah bertanya". Dan saya baru ingat pernah menulis tentang hal ini juga dua tahun yang lalu. Wew, ternyata tak banyak yg berubah selama dua tahun ini, hiks..

Pada akhirnya, ya udah bismillah aja sebelum bener-bener dilaksanakan, memohon kekuatan dari Yang Maha Perkasa dan bertawakal akan hasilnya kelak. Kalau memang takdirnya terjadi, ya terjadilah, begitu juga sebaliknya. Tak perlu risaukan apa-apa yang ada di luar kendali kita. Tak usah pula kita berandai-andai sesuatu yang telah terjadi. Karena semua, sudah ada yang mengaturnya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pranala Blog-nya anak Jagung

Yak berikut daftar pranala blog anak fasilkom ui 2009 alias Jagung. Dicari dan diambil dari berbagai sumber secara brute force. Yang diambil adalah blog dengan domain sendiri atau yang ada di blogspot, wordpress, blogsome, deviantart, tumblr, .co.cc, dan livejournal. Selain itu seperti formspring dan twitter tidak dimasukkan karena kayaknya bukan termasuk kategori 'blog'. Kalau ada yang ingin menambahkan atau justru tidak ingin dimasukkan, feel free to contact me :)

Satu Tahun Kemudian

Ibarat film, blog ini mengalami percepatan lini masa ke satu tahun mendatang, sejak entri pos terakhir ada. Tidak sama persis sih, karena memang secara harfiah setahun (lebih) kemudian baru nulis lagi, bukan percepatan. Hahaha, cuma bisa ketawa miris xD Banyak banget yang sudah terjadi selama setahun terakhir ini. Buat teman-teman saya yang terhubung di media sosial, khususnya facebook, tentunya tahu peristiwa bersejarah untuk saya tahun lalu: menikah. Sejak saat itu, dunia yang tadinya seakan diputar dalam pola warna grayscale dari kacamata seorang jomlo, berubah menjadi full color . :D sumber

Ekspektasi

Seorang kawan pernah nge-tweet, "If you expect nothing, you'll get everything". Sekilas sih emang bener, kalau kita gak ekspek apa2, maka semua yang kita dapat akan menjadi suatu hal yang cenderung menyenangkan. Ada yang bikin rumus, kebahagiaan = realita - harapan. Ketika harapan/ekspektasi dihilangkan (0), maka realita apapun yang terjadi akan menjadi sumber kebahagiaan. Sayangnya, semua itu hanya teori. sumber Walau secara pikiran sadar kita bilang ke diri sendiri, "Jangan berharap apa-apa", secara berulang-ulang, pikiran bawah sadar kita sesungguhnya sudah memiliki harapan itu sejak awal, bahkan sebelum kita memikirkannya. Bisa aja kita menyangkal, tapi tetap saja harapan atau ekspektasi itu tetap ada di sana. Maka, yang paling bisa kita lakukan bukan lah menghilangkan ekspektasi itu, tapi mengelolanya (manage). Dari mana datangnya ekspektasi? Dari mata turun ke hati katanya. Atau lebih tepatnya secara sains, dari mata naik ke otak. Artinya, segala i