Langsung ke konten utama

5 / 25

sumber

Tanggal 15 Mei kemarin, Badr Interactive, tempat kerja saya, tepat berulang tahun yang kelima. Bisa dibilang ini adalah suatu hal yang spesial, karena katanya sekitar 90% startup tidak dapat mencapai usianya yang kelima (lupa sumbernya). Badr yang dulu dimulai bener2 dari nol oleh 3 orang, kini udah sampe 30 orang dengan portofolio segambreng. Dan salah satu produk yg Badr terlibat di dalamnya, iGrow, mulai dikenal di kancah dunia.

Alhamdulillah, semua itu dapat tercapai dengan kerja keras dan pertolongan dari Allah SWT. Saya sendiri yang mulai bergabung sebagai part time pas Badr baru seumur jagung lebih dikit, alias lima bulan, merasakan betul perjuangan orang-orang di dalamnya. Bermula dari sepetak kontrakan empat kali lima, berpindah-pindah tiga kali hingga akhirnya kini menetap di Startup Center di Depok. Namun, walau sudah ada berbagai capaian di atas, sesungguhnya masih banyak yang harus kami benahi dan tingkatkan agar dapat berakselerasi lebih kencang di tahun-tahun mendatang.

Oiya, kebetulan 15 Mei kemarin itu hari minggu, jadilah syukuran milad Badr diadakannya tanggal 20 Mei, tepat di hari kebangkitan saya nasional. Yg hadir selain anggota Badr juga keluarganya (istri dan anak2), rame bener banyak krucil2 yg gemesin banget. Karena barengan tanggalnya, baru sadar, saya yang tahun ini jomblo perak berumur 25, hampir seperlima terakhir masa hidup saya digunakan untuk berada di Badr. Wew, lumayan lama juga ya. Saya jadi bertanya kepada diri sendiri, apa yang membuat saya tetap bertahan hingga saat ini?

Selama ini, saya sudah beberapa kali menyaksikan personil Badr dari dia masuk sampe akhirnya pindah. Dari semua itu, semua memang punya motif atau alasannya masing-masing. Bisa dari segi peningkatan kompetensi, pengalaman, ekonomi, passion yg berbeda, dll. Jika yang keluar pasti punya alasan, tentu yang masih bertahan pun semestinya punya alasan kuat untuk terus berada di Badr, padahal ada berbagai kesempatan yg lebih 'menarik' di luar sana.

Ketika saya coba tanyakan pada diri sendiri, mengapa masih bertahan? Jawaban yg paling pertama muncul yaa karena saya enjoy kerja di sana. Berarti itu masuk zona nyaman dong? padahal katanya keluarlah dari zona nyaman supaya bisa berkembang. Well, 'enjoy' di sini walau bisa diartikan sebagai 'nyaman', tapi bukan berarti bisa leyeh-leyeh tinggal nunggu gajian. Karena kondisinya yg berstatus startup, Badr sesungguhnya masih mencari business model-nya yg lebih sustainable, karena selama ini masih suka mepet bahkan 'berdarah-darah'.

So, 'enjoy' di sini sih menurut saya lebih ke arah 'menikmati perjalanan' yang ada di dalamnya. Dan kalau emang ini adalah zona nyaman, kayaknya ibu saya gak akan sering nyinggung untuk pindah kerja di perusahaan yg lebih bonafide deh, hehe. Yah pandangan orang tua kan emang gtu, selalu pengen anaknya kerja di tempat yg lebih terjamin, at least yg peluang bangkrutnya kecil banget :D

Mungkin seperti itu alasan umumnya. Setelah direnungkan lagi, saya sebenernya gak menutup kemungkinan untuk mencari pengalaman baru di luar Badr. Namun ada satu hal yang membuatnya belum dapat terlaksana: misi saya di Badr belum selesai. Hm, memang apa ya misinya?

Di acara milad Badr tahun lalu (atau dua tahun lalu) dan yg kemarin, kami semua diminta menuliskan sebuah impian atau harapan yg ingin dicapai di Badr. Ada yg menuliskan ingin memberangkatkan umroh semua anggota Badr (masyaAllah), memberantas kemiskinan, menjadi expert ini itu, dsb. Saya pun menuliskan impian yg bisa disebut misi pribadi: berkontribusi pada produk sekelas iGrow yang akan jadi produk andalan Badr dalam bussiness modelnya yg baru kelak.

Selama ini, sebagai lowly developer, bisa dibilang saya hanya mengerjakan berbagai macam proyek biasa aja. Gak 'biasa' juga sih, ada jg yg 'luar binasa', tapi intinya saya merasa belum ada yg istimewa dari semua itu. Sedangkan kalau melihat kolega seangkatan, baik waktu masuk ataupun angkatan kuliah, kayaknya kontribusi mereka udah jauh lebih banyak dari saya. Makanya, jika saya mau atau harus angkat kaki dari sini, saya ingin sekali ada kontribusi yang dapat menjadi pondasi kokoh untuk Badr di masa mendatang. Bukan sekadar nama developer di dokumentasi source code proyek, atau sebaris entri di database pegawai, apalagi penambah bilangan untuk hitungan konsumsi meetup.

Dengan ataupun tanpa adanya saya, visi Badr yaitu "Meninggikan islam melalui teknologi" saya yakin suatu saat nanti akan tercapai atau mendekati. Jadi kalaupun misalnya saya sudah tak di dalamnya, saya sangat ingin ada legacy yg terus bermanfaat dan digunakan. Jelas bukan sebuah misi yg mudah, namun insya Allah akan ada jalannya. Entah butuh satu, tiga, atau mungkin sepuluh tahun lagi, selama misi tersebut belum saya anggap selesai, insya Allah saya akan terus membersamai para pejuang Badr lainnya.

Nah karena bisa jadi masih lama tercapainya, nampaknya saya akan sangat membutuhkan seseorang yg dapat 'menemani' saya dalam perjalanannya #eaa. Panjang-panjang nyambungnya ke situ lagi yak, haha. Udah ah, mohon doanya aja kalo urusan ini mah. Semoga gak lewat 15 Mei 2017, jadi milad Badr selanjutnya udah bisa bawa keluarga xD

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pranala Blog-nya anak Jagung

Yak berikut daftar pranala blog anak fasilkom ui 2009 alias Jagung. Dicari dan diambil dari berbagai sumber secara brute force. Yang diambil adalah blog dengan domain sendiri atau yang ada di blogspot, wordpress, blogsome, deviantart, tumblr, .co.cc, dan livejournal. Selain itu seperti formspring dan twitter tidak dimasukkan karena kayaknya bukan termasuk kategori 'blog'. Kalau ada yang ingin menambahkan atau justru tidak ingin dimasukkan, feel free to contact me :)

Satu Tahun Kemudian

Ibarat film, blog ini mengalami percepatan lini masa ke satu tahun mendatang, sejak entri pos terakhir ada. Tidak sama persis sih, karena memang secara harfiah setahun (lebih) kemudian baru nulis lagi, bukan percepatan. Hahaha, cuma bisa ketawa miris xD Banyak banget yang sudah terjadi selama setahun terakhir ini. Buat teman-teman saya yang terhubung di media sosial, khususnya facebook, tentunya tahu peristiwa bersejarah untuk saya tahun lalu: menikah. Sejak saat itu, dunia yang tadinya seakan diputar dalam pola warna grayscale dari kacamata seorang jomlo, berubah menjadi full color . :D sumber

Knowing

Hari rabu minggu lalu, entah setelah berapa lama akhirnya penulis berkesempatan untuk menonton bioskop lagi. Mungkin sudah lebih dari setengah tahun kali ya, selama itu nonton film ‘bioskop’nya di kelas atau gak laptop sendiri, hehe. Lumayan menghemat loh, misalkan paling murah tiket bioskop 10.000, sebulan paling gak ada satu film baru yang wajib tonton, 6x10000= 60.000! belum lagi ongkos, snack atau makannya, minum juga pastinya, benar2 menghemat kan. haha, perhitungan banget ye. Apapun itu, film yang berhasil ditonton minggu lalu adalah Knowing. Ada yang unik saat memutuskan untuk menonton film ini. Begini ceritanya, penulis memilih bioskop yang paling dekat rumah untuk menonton (hidup cijantung!), dan kebetulan film yang diputar salah satunya adalah Knowing. Ternyata Knowing itu satu-satunya film produksi luar negeri yang ada di daftar main bioskop itu, lainnya film dalam negeri. Sekedar informasi, di daerah sini memang yang lebih laku itu film lokal, film hollywood gitu cuma sedi