So, baru inget belum nulis lagi di sini setelah tahun baru kemaren. Dan sebenernya keingetan gara-gara di meetup mingguan kantor pas hari Jumat kemarin lagi bahas 'gerakan' menulis untuk konten blog web kantor. Nama saya sempet disebut sebagai salah satu yg suka nulis blog, padahal paling sering sebulan sekali xD.
Nevertheless, selama dua bulan pertama tahun ini ada dua peristiwa yang cukup membekas. Satu sekitar tengah januari, satu lagi akhir bulan ini. Walau mungkin bentuknya berbeda, tapi tema besarnya tetap sama: 'kehilangan'.
Pertama, kakek saya dari ibu, meninggal dunia 16 Januari lalu. Dapet kabar tengah malem, dan langsung malam itu juga kami sekeluarga pergi ke Sukabumi. Sampai sana sekitar jam 3 lewat, saat kami masuk, beliau sudah terbujur kaku, terbalut kafan. Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun. Nenek, ibu, dan paman adiknya ibu, adalah yg paling terlihat sedih dan kehilangan. Rasa-rasanya gak pernah saya lihat mereka sesedih itu selama ini. Mungkin karena kepergian kakek yg terbilang tiba-tiba.
Walau gak seperti ibu, saya juga ngerasa sedih, apalagi kalau mengingat kenangan masih tinggal bersama pas kelas 1-3 sd dulu. Waktu dulu itu SD-nya jauh di kota, mesti naik angkot 3 kali. Kalau pulang bisa 1x tapi mesti jalan agak jauh ke terminal. Nah jalan dari sekolah ke terminal itu ngelewatin pasar tempat kakek saya dulu jualan pisang. Saya sering banget mampir kesitu mau minta ongkos buat pulang. Uang saku yg dikasih buat jajan n ongkos kadang saya abisin buat jajan aja soalnya, hehe.
Mungkin itu sih kenangan yg paling kuat tentang kakek saya. Dan kini beliau sudah tiada, mendahului kita semua menghadap Sang Khalik. Semoga Allah menerima semua amal ibadahnya, aamiin. Dan setiap ada kematian, tentu itu menjadi sebuah nasihat yang paling baik untuk kita yang masih hidup. Untuk yg pernah mengantar jenazah dan menyaksikan semua prosesi penguburannya, mungkin pernah terbesit bayangan, 'akan tiba saatnya saya yang ada di bawah sana'. Dan saya jd teringat akan hadis ini:
Kedua, ada tiga orang teman kantor yang resign bersamaan di akhir bulan ini. Dan ketiganya bisa dibilang adalah orang yg sudah cukup lama berada di sini, sejak akhir 2012. Masing-masing pun punya keunikan sendiri dan punya kontribusi yang luar biasa selama di Badr. Sayang perjalanan mereka di sini sementara harus berhenti, dan kami harus kehilangan 'aset' yang paling berharga tersebut. Seorang senior bahkan mengibaratkan kejadian ini sebagai 'tahun kesedihan' untuk Badr, sebagaimana Rasulullah kehilangan orang-orang kesayangannya di tahun yang sama.
Saya meyakini, setiap keputusan dalam perjalanan hidup seseorang happen for a reason. And the reason is always for a greater good, at least from their own perspective. Dan kita berharap bahwa itu jugalah yg terbaik menurut Allah Yang Maha Berkehendak.
Setiap ada pertemuan tentu akan ada perpisahan. Walau perjalanan kita mesti bersimpangan kali ini, namun saat bersama hingga titik ini adalah sesuatu yang spesial. Dan semoga suatu saat nanti, our path will cross again. Mungkin jika tidak di dunia, Allah izinkan untuk kita bertemu lagi kelak di surgaNya, yang terdapat di bawahnya mengalir sungai-sungai, buah-buah yang mudah dipetik, dan bidadari bermata jeli..
***
Rumah, tengah malam.
Sembari terus berharap dipertemukan dengan bidadari di dunia xD
Nevertheless, selama dua bulan pertama tahun ini ada dua peristiwa yang cukup membekas. Satu sekitar tengah januari, satu lagi akhir bulan ini. Walau mungkin bentuknya berbeda, tapi tema besarnya tetap sama: 'kehilangan'.
Pertama, kakek saya dari ibu, meninggal dunia 16 Januari lalu. Dapet kabar tengah malem, dan langsung malam itu juga kami sekeluarga pergi ke Sukabumi. Sampai sana sekitar jam 3 lewat, saat kami masuk, beliau sudah terbujur kaku, terbalut kafan. Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun. Nenek, ibu, dan paman adiknya ibu, adalah yg paling terlihat sedih dan kehilangan. Rasa-rasanya gak pernah saya lihat mereka sesedih itu selama ini. Mungkin karena kepergian kakek yg terbilang tiba-tiba.
Walau gak seperti ibu, saya juga ngerasa sedih, apalagi kalau mengingat kenangan masih tinggal bersama pas kelas 1-3 sd dulu. Waktu dulu itu SD-nya jauh di kota, mesti naik angkot 3 kali. Kalau pulang bisa 1x tapi mesti jalan agak jauh ke terminal. Nah jalan dari sekolah ke terminal itu ngelewatin pasar tempat kakek saya dulu jualan pisang. Saya sering banget mampir kesitu mau minta ongkos buat pulang. Uang saku yg dikasih buat jajan n ongkos kadang saya abisin buat jajan aja soalnya, hehe.
![]() |
sumber |
Mungkin itu sih kenangan yg paling kuat tentang kakek saya. Dan kini beliau sudah tiada, mendahului kita semua menghadap Sang Khalik. Semoga Allah menerima semua amal ibadahnya, aamiin. Dan setiap ada kematian, tentu itu menjadi sebuah nasihat yang paling baik untuk kita yang masih hidup. Untuk yg pernah mengantar jenazah dan menyaksikan semua prosesi penguburannya, mungkin pernah terbesit bayangan, 'akan tiba saatnya saya yang ada di bawah sana'. Dan saya jd teringat akan hadis ini:
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah saw memegang bahu saya seraya bersabda : “Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara”, Ibnu Umar berkata : “Jika kamu berada pada waktu petang hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada pada waktu pagi hari jangan tunggu petang hari, gunakanlah kesihatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu” (HR.Bukhori)Ya, sejatinya kita adalah pengembara, dan hidup ini adalah perjalanan menuju alam yang kekal. Kita bebas melakukan dan mengambil apa saja dalam perjalanan, namun tak semua akan mengantarkan kita pada tempat yang semua manusia dambakan: surga. Maka beruntunglah orang yg sadar bahwa hidup ini hanya perhentian sementara, dan suatu saat nanti ia akan 'diaudit', untuk tentukan tempatnya di terminal akhir.
Kedua, ada tiga orang teman kantor yang resign bersamaan di akhir bulan ini. Dan ketiganya bisa dibilang adalah orang yg sudah cukup lama berada di sini, sejak akhir 2012. Masing-masing pun punya keunikan sendiri dan punya kontribusi yang luar biasa selama di Badr. Sayang perjalanan mereka di sini sementara harus berhenti, dan kami harus kehilangan 'aset' yang paling berharga tersebut. Seorang senior bahkan mengibaratkan kejadian ini sebagai 'tahun kesedihan' untuk Badr, sebagaimana Rasulullah kehilangan orang-orang kesayangannya di tahun yang sama.
Saya meyakini, setiap keputusan dalam perjalanan hidup seseorang happen for a reason. And the reason is always for a greater good, at least from their own perspective. Dan kita berharap bahwa itu jugalah yg terbaik menurut Allah Yang Maha Berkehendak.
Setiap ada pertemuan tentu akan ada perpisahan. Walau perjalanan kita mesti bersimpangan kali ini, namun saat bersama hingga titik ini adalah sesuatu yang spesial. Dan semoga suatu saat nanti, our path will cross again. Mungkin jika tidak di dunia, Allah izinkan untuk kita bertemu lagi kelak di surgaNya, yang terdapat di bawahnya mengalir sungai-sungai, buah-buah yang mudah dipetik, dan bidadari bermata jeli..
***
Rumah, tengah malam.
Sembari terus berharap dipertemukan dengan bidadari di dunia xD
Suatu hal yang cukup menarik dan mengasikan ketika menulis ..
BalasHapus