Pernahkah kamu harus pergi ke suatu tempat yg belum pernah diketahui sama sekali, dan hanya bermodal alamat (yg kadang kurang jelas)? sekali dua kali pasti kita akan kebingungan ketika ada di sebuah persimpangan, apalagi pas jaman belum ada gps di hape. Belok kemana ya? kelewatan gak ya? Nanya orang pun kadang orang gak tau persis di mana alamat tujuannya, tapi tau ancer2annya. Ternyata, dalam kehidupan pun tak jarang kita lewati 'persimpangan' tersebut.
Purpose of life, alias tujuan hidup, adalah 'alamat' yang kita cari dalam perjalanan kehidupan. Dan persimpangan adalah titik dimana kita harus memilih dan memutuskan jalan yg kita percaya akan mendekatkan kita dengan tujuan tersebut. Misalnya memilih kuliah dimana, mendalami ilmu apa, kerja dimana, travelling kemana, dst. Pilihan jalan dan persimpangan itu begitu banyak, mungkin tak ada satupun rute kehidupan yg sama dilewati oleh lebih dari satu orang. Makanya kalopun kita bertanya pada orang bijak yg menurut kita sudah menemukan 'tujuan'-nya, dia hanya bisa nunjukin ancer2annya. Kita yg masih dalam fase 'mencari', harus terus berjalan hingga menemukan tujuan kita, atau setidaknya mendekati.
Beberapa minggu terakhir ini, terutama setelah pengumuman beasiswa, saya merasa tiba2 ada banyak sekali 'persimpangan' yg harus saya lewati. Yah karena beasiswanya gak dapet, jadi pilihan apa yg mau dilakukan setelah ini tiba2 jadi begitu banyak xD. Tadinya kan kalo dapet, ya udah jalanin aja dulu S2 nya, fokus nimba ilmu dan pengalaman di negeri nun jauh di sana. Berhubung gak (belum) jadi, dan life must go on, jadi bingung deh mau ngapain xD. This lead to beberapa 'persimpangan' yang harus segera diputuskan jalan mana yg dipilih.
Yang paling dekat, adalah tentang karir profesional. Ini gak selalu berkaitan tentang tempat bekerja, tapi lebih ke arah bidang apa yg mau ditekuni dan akhirnya menjadi expert di bidang itu. Berhubung luas banget pilihannya, masih gak yakin mau jadi master di topik apa. Kalo kata orang sih, katanya ikutin passion aja. Tapi, kalo kata Cal Newport, "Follow your passion" is bad advice instead. Gak ada tuh yg namanya pre-defined passion. Justru dengan menjadi master di satu bidang tertentu, maka bidang tersebut cepat atau lambat akan menjadi passion kita. Itu kira2 yg dibiliang si doi di video ini. Terlepas dari perbedaan pendapat yg ada, saya lebih setuju dengan pendapat yg ini.
Kegalauan ini sebenarnya dipicu juga sama salah satu program yg dibikin sama kantor, namanya Personal Development Program. Intinya tiap orang di sana didorong untuk memilih dan mengembangkan kompetensi di suatu bidang yang diinginkan. Gak mesti in-line dengan posisi yg saat ini dijalani sih katanya, tapi sebisa mungkin yg masih in-line dengan kondisi Badr, jadi bisa dibantu dalam pencapaiannya. Bisa aja nulis 'menjadi chef profesional', tapi Badr mungkin gak bisa bantu apa2 untuk itu, hehe. Di sinilah persimpangannya, memilih bidang apa yg kan menjadi 'jalan hidup' dalam konteks karir. Selama ini sih banyak ngerjain proyek web, front-end maupun back-end. Pernah juga nulis tentang internet of things di blog Badr. Dulu nulis skripsi tentang wifi network, sekarang jg suka oprek router (mikrotik) sekali2. Dari sekian minat dan pengalaman, cuma satu yang akhirnya dipilih. Well, kita akan lihat 3 bulan lagi, saat program yg disebut tadi mencapai milestone pertama.
Another crossroad I have to face is about personal life choice. In other word, masalah nikah, huehue. Cepat atau lambat fase itu pasti akan dijalani oleh (sebagian besar dari) kita semua, jadi semakin cepat kita sadar, semakin banyak waktu kita untuk memikirkan dan mempersiapkannya. Saya sadar, mungkin saat ini saya sudah mencapai titik 'udah gak ada alasan lagi untuk menunda'. Tapi, menikah gak segampang itu sob. Mungkin yg udah gak jomblo sering 'ngomporin' utk menyegerakan, tapi lupa kalau mental tiap jomblo itu gak sama. Saya sih udah sering, jadi udah kebal, haha. Udah pernah baca n denger ceritanya juga soal enak-gak enaknya pernikahan, jadi bisa ngeliat dgn lebih rasional. But still, I don't deny that my time is getting closer.
Dan kalau berbicara masalah ini, maka 'persimpangan'nya adalah how and who. Mengapa 'siapa' menjadi yg kedua? karena kalau niat dan cara kita baik dan benar, insya Allah dengan siapa pun gak akan jadi masalah. Begitu kira2 yg sering disampaikan ustadz Salim A. Fillah di berbagai buku dan ceramahnya. Idealnya sih gitu, tapi ternyata susah juga, haha. Gak ada salahnya juga sih kalo kita udah punya kecenderungan, asal dianya jg mau, kalo gak ya anda kurang beruntung, silakan coba yg lain, haha. Oya, ini berlaku buat cowok dan cewek lho, jd gak selalu harus cowok yg membuat inisiatif pertama. Kayak istri Rasul, Khodijah, yg lewat perantara menanyakan kesediaan nabi Muhammad untuk menikahinya.
Ah, andai ada yg bertanya seperti itu *khayalan tingkat tinggi*, hehe, sunah Rasul aja cuma dikit yg dikerjain --". After all, gimanapun prosesnya, selama baik dan dalam koridor syariat, insya Allah akan lancar dan baik apapun hasilnya. Kalo misalnya emang gak jodoh, ya gak ada yg terzalimi. Kalo lanjut sampai akad, insya Allah akan berkah jadinya.
Pada akhirnya, untuk semua 'persimpangan' yg dilalui, pertimbangan dan nasihat yg didengar, keputusan yg diambil, kita kembalikan semua pada Allah Yang Maha Berilmu. Kita mohon dengan ilmu-Nya yg tak terbatas, bukan ilmu kita yg terbatas, agar jalan yg kita pilih membawa kebaikan bagi kita dan agama kita. Karena hanya Dia Yanga Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk apa yang tersembunyi di dalam hati.
Purpose of life, alias tujuan hidup, adalah 'alamat' yang kita cari dalam perjalanan kehidupan. Dan persimpangan adalah titik dimana kita harus memilih dan memutuskan jalan yg kita percaya akan mendekatkan kita dengan tujuan tersebut. Misalnya memilih kuliah dimana, mendalami ilmu apa, kerja dimana, travelling kemana, dst. Pilihan jalan dan persimpangan itu begitu banyak, mungkin tak ada satupun rute kehidupan yg sama dilewati oleh lebih dari satu orang. Makanya kalopun kita bertanya pada orang bijak yg menurut kita sudah menemukan 'tujuan'-nya, dia hanya bisa nunjukin ancer2annya. Kita yg masih dalam fase 'mencari', harus terus berjalan hingga menemukan tujuan kita, atau setidaknya mendekati.
![]() |
sumber |
Beberapa minggu terakhir ini, terutama setelah pengumuman beasiswa, saya merasa tiba2 ada banyak sekali 'persimpangan' yg harus saya lewati. Yah karena beasiswanya gak dapet, jadi pilihan apa yg mau dilakukan setelah ini tiba2 jadi begitu banyak xD. Tadinya kan kalo dapet, ya udah jalanin aja dulu S2 nya, fokus nimba ilmu dan pengalaman di negeri nun jauh di sana. Berhubung gak (belum) jadi, dan life must go on, jadi bingung deh mau ngapain xD. This lead to beberapa 'persimpangan' yang harus segera diputuskan jalan mana yg dipilih.
Yang paling dekat, adalah tentang karir profesional. Ini gak selalu berkaitan tentang tempat bekerja, tapi lebih ke arah bidang apa yg mau ditekuni dan akhirnya menjadi expert di bidang itu. Berhubung luas banget pilihannya, masih gak yakin mau jadi master di topik apa. Kalo kata orang sih, katanya ikutin passion aja. Tapi, kalo kata Cal Newport, "Follow your passion" is bad advice instead. Gak ada tuh yg namanya pre-defined passion. Justru dengan menjadi master di satu bidang tertentu, maka bidang tersebut cepat atau lambat akan menjadi passion kita. Itu kira2 yg dibiliang si doi di video ini. Terlepas dari perbedaan pendapat yg ada, saya lebih setuju dengan pendapat yg ini.
Kegalauan ini sebenarnya dipicu juga sama salah satu program yg dibikin sama kantor, namanya Personal Development Program. Intinya tiap orang di sana didorong untuk memilih dan mengembangkan kompetensi di suatu bidang yang diinginkan. Gak mesti in-line dengan posisi yg saat ini dijalani sih katanya, tapi sebisa mungkin yg masih in-line dengan kondisi Badr, jadi bisa dibantu dalam pencapaiannya. Bisa aja nulis 'menjadi chef profesional', tapi Badr mungkin gak bisa bantu apa2 untuk itu, hehe. Di sinilah persimpangannya, memilih bidang apa yg kan menjadi 'jalan hidup' dalam konteks karir. Selama ini sih banyak ngerjain proyek web, front-end maupun back-end. Pernah juga nulis tentang internet of things di blog Badr. Dulu nulis skripsi tentang wifi network, sekarang jg suka oprek router (mikrotik) sekali2. Dari sekian minat dan pengalaman, cuma satu yang akhirnya dipilih. Well, kita akan lihat 3 bulan lagi, saat program yg disebut tadi mencapai milestone pertama.
Another crossroad I have to face is about personal life choice. In other word, masalah nikah, huehue. Cepat atau lambat fase itu pasti akan dijalani oleh (sebagian besar dari) kita semua, jadi semakin cepat kita sadar, semakin banyak waktu kita untuk memikirkan dan mempersiapkannya. Saya sadar, mungkin saat ini saya sudah mencapai titik 'udah gak ada alasan lagi untuk menunda'. Tapi, menikah gak segampang itu sob. Mungkin yg udah gak jomblo sering 'ngomporin' utk menyegerakan, tapi lupa kalau mental tiap jomblo itu gak sama. Saya sih udah sering, jadi udah kebal, haha. Udah pernah baca n denger ceritanya juga soal enak-gak enaknya pernikahan, jadi bisa ngeliat dgn lebih rasional. But still, I don't deny that my time is getting closer.
Dan kalau berbicara masalah ini, maka 'persimpangan'nya adalah how and who. Mengapa 'siapa' menjadi yg kedua? karena kalau niat dan cara kita baik dan benar, insya Allah dengan siapa pun gak akan jadi masalah. Begitu kira2 yg sering disampaikan ustadz Salim A. Fillah di berbagai buku dan ceramahnya. Idealnya sih gitu, tapi ternyata susah juga, haha. Gak ada salahnya juga sih kalo kita udah punya kecenderungan, asal dianya jg mau, kalo gak ya anda kurang beruntung, silakan coba yg lain, haha. Oya, ini berlaku buat cowok dan cewek lho, jd gak selalu harus cowok yg membuat inisiatif pertama. Kayak istri Rasul, Khodijah, yg lewat perantara menanyakan kesediaan nabi Muhammad untuk menikahinya.
Ah, andai ada yg bertanya seperti itu *khayalan tingkat tinggi*, hehe, sunah Rasul aja cuma dikit yg dikerjain --". After all, gimanapun prosesnya, selama baik dan dalam koridor syariat, insya Allah akan lancar dan baik apapun hasilnya. Kalo misalnya emang gak jodoh, ya gak ada yg terzalimi. Kalo lanjut sampai akad, insya Allah akan berkah jadinya.
![]() |
sumber |
Komentar
Posting Komentar
silakan komentar