![]() |
sumber |
*Ehem* Disclaimer dulu, seri pos ini berisi ringkasan dan
rangkuman beberapa materi berkaitan tentang jodoh, nikah, dan kawan2nya.
Ditulis dengan tujuan berbagi, siapa tau ada yang emang lagi nyari, lagi siap2,
ataupun untuk menambah wawasan aja. Sumber materi diambil dari seminar, rekaman
dan buku, ditambah dengan tanggapan dari saya pribadi (cuma nge-iya-in aja sih
maksudnya :p). Jadi pos ini bukan tempat untuk menggalau ye, catet. Saya tidak
bertanggung jawab atas apapun reaksi atau perasaaan yang timbul akibat dari
membaca pos ini. So, kalau ente gampang galau, gak usah baca deh mendingan,
hehe.
Pertama, materi tentang jodoh dari Ustadz Salim A. Fillah,
berjudul “Jodoh: Memilih atau Dipilih”. Acaranya waktu itu di Masjid UI pas
bulan puasa, diadakan oleh komunitas Hijabers UI. Karena saya belum pernah
secara langsung ngeliat ustadz Salim, jadilah saya datang padahal mah karena
topiknya aja :D. Nah saat itu yang jadi topik utamanya ya sesuai judul,
jodoh itu kita yang memilih atau nunggu dipilih aja? Dugaan saya sih, sudut
pandang yang diambil dari sisi akhwat alias wanita.
Seperti kita tahu, dalam pernikahan, tradisi yang berkembang
itu kan biasanya pihak cowok yang menentukan pilihan kemudian menanyakan ke
pihak cewek, apakah bersedia dinikahi atau tidak. Jadi kesannya, cewek tuh gak
bisa milih, cuma bisa nerima atau nolak aja kalau ada yang menanyakan. Ustadz
Salim dengan gaya khasnya yang tenang namun meyakinkan, memberikan beberapa
uraian dan penjelasan tentang ini.
Sebenarnya, pertanyaan jodoh itu memilih atau dipilih,
kurang tepat. Jodoh itu tak akan tertukar. Yang mungkin berbeda adalah
“rasanya”, bagaimana cara kita menjemputnya. Yang menjemput jodoh dengan
berpacaran, akan beda dengan yang gak pacaran. Jadi, yang dapat kita
perjuangkan adalah ikhtiarnya, urusan bagaimana atau kapannya, itu terserah
Allah saja. Kalau Allah jadikan mudah, insya Allah jalannya akan jadi terbuka
sekali. Ini tentang adab kita dalam upaya menjemput jodoh. Jadi, pertanyaan
yang lebih tepat adalah, sudahkah cara saya berikhtiar sesuai dengan yang diridhoi-Nya?
Lalu, doa dalam sholat istikhoroh yang biasanya dilakukan
saat masa pencarian tersebut, sesungguhnya sangat indah sekali. Di dalamnya,
kita memohon agar kita diberi kemantapan pilihan berdasarkan ilmNya, bukan ilmu
kita, karena ilmu kita jelas terbatas. Dan kita memohon ketetapan dengan
kuasaNya, bukan kuasa kita. Artinya, kita benar-benar berserah sepenuhnya
kepada Allah agar apa yang dipilih memang benar-benar yang terbaik. Jangan
pernah ketika mengusahakan sesuatu, merasa kita berkuasa. Mudah bagi Allah
untuk membolak-balikan sesuatu.
Ini bukan mencari jodoh yang ideal atau sempurna, yang kita
butuhkan adalah jodoh yang tepat. Kita boleh saja jatuh cinta kepada banyak
orang, namun membangun cinta hanya dengan satu orang. Nah intinya, yang penting
usaha mencari orang sholih dengan cara yg benar. Contoh bentuk Ikhtiar wanita:
mengingatkan pada orangtua, bahwa mereka punya tanggungjawab mencarikan jodoh
yg baik. Terus gimana menilai seorang ikhwan/lelaki yang mengajak nikah? Bisa
dicari tahu tentang ibadahnya, sikap pada bunda, sikap pada kawan sebaya,
sikapnya pada anak kecil.
Bagaimana dengan akhwat yang mengajukan diri? Hal ini tidaklah
melanggar syariat. Konsekuensi gak enaknya cuma satu, ditolak. Tapi tentu akan lebih
baik daripada tidak jelas. Tidak ada penghalang dari syariat, yang ada hanya
budaya, dan budaya bukan syariat. Secara langsung atau lewat perantara? Bisa
keduanya. Pada jaman Rasul ada wanita yang menawarkan dirinya untuk dinikahi.
Dengan perantara pun baik, namun perlu dipilih perantara yang tepat. Contoh
perantara: Maisarah perantara khadijah. Perantara harus punya kriteria yg sama
dengan calon kita, dan tidak punya kepentingan pribadi (intinya supaya
objektif).
Dalam sesi tanya jawab, ada yang bertanya (akhwat) apakah kita
boleh menolak laki-laki bukan karena agamanya? Jadi menolak karena merasa gak
cocok aja, bukan karena agamanya kurang baik. Menurut Ustadz Salim, hal ini
memang menjadi dilema. Dalam hadis kan disebutkan, jika ada lelaki yang baik
agamanya, maka sebenarnya tak ada alasan untuk menolaknya. Namun tak ada
larangan juga untuk menolaknya, karena ini masalah preferensi pribadi yang
beda-beda tiap orang. Jika sudah begini, maka mintalah fatwa pada hatimu. Pastikan
bahwa memang kita sendiri yang memilih keputusan tersebut. Dan jangan lupa
yakinkan dengan istikharah. Allah akan memberikan jodoh yang terbaik saat
kondisi kita sedang dalam kondisi terbaik. Siapapun itu. Jadi, perbaikilah
diri.
Yak, kira-kira itulah ringkasan materi tentang jodoh dari
ustadz Salim Fillah. Secara subtansi, tak ada yang berbeda dengan materi2 yang
serupa. Sudut pandangnya aja yang menurut saya agak beda, atau setidaknya baru
saat itu saya mendapat sudut pandang seperti itu. Tapi, setelah mendapat materi
itu, kadang saya suka berimajinasi deh, hehe. Berkhayal suatu saat nanti ada
akhwat yang mengajukan diri untuk dinikahi, dan ternyata dia adalah orang yang
selama ini saya dambakan. xD Hahaha, ngaco abiez xD
Sumber Ringkasan :
- Ringkasan 1
- Status di FB (lupa link nya)
Komentar
Posting Komentar
silakan komentar