Langsung ke konten utama

Salahkah Berdoa?

Doa dan harapan, bagai dua variabel berisi pointer merujuk ke objek yang sama. Artinya? cuma beda istilah, isinya sama. Orang yang punya harapan, hakikatnya dia sedang berdoa. Orang yang berdoa, pasti berharap di dalam doanya. Bedanya, menurut saya, berharap hanya melibatkan diri sendiri, sedang berdoa berarti menghambakan diri pada Ilahi. Ah biarlah, toh maksudnya sama.

Kemarin (sabtu, 31/8) saya membaca postingan dari fan page Tere Liye di FB, seorang novelis Indonesia, yang membahas tentang 'Berdoa'. Saya terhenyak membaca bagian awal-tengahnya, bahkan hingga akhir pun saya masih bertanya-tanya. Hanya paragraf terakhir yang saya pahami, dan sangat setuju seperti biasa. Tapi bagian sebelumnya, apa maksudnya?

Silakan baca post lengkapnya di link di atas. In short, dia mengatakan: seringkali kita berdoa pada Tuhan, memohon yang terbaik, padahal kita sendiri sebenarnya gak tahu apa yg terbaik untuk kita. Kita seringkali menggunakan standar terbaik itu hanya yang menurut kita baik. Sama halnya jika kita meminta banyak hal, kita tak pernah tahu apakah itu semuanya sesuatu yg baik untuk kita? Apakah itu semua doa, atau hanya egoisme kita semata?

Setelah membacanya, saya jadi berpikir: kok kayak bukan tere liye biasanya ya? atau saya yg kurang banyak baca karya2nya? Kesannya kok kayak nyalahin orang berdoa, walaupun akhirnya tetep ngedukung untuk berdoa. Apa sih maksudnya? dan, siang tadi rasanya saya mulai faham apa maksudnya..

Hari minggu ini gak terlalu banyak kegiatan. Pagi nemenin adik jogging ke taman mal, siangnya pergi ke depok nyari komik langganan dan janji ketemuan buat ngambil barang. Nah dalam perjalanan ke depok itu saya terpikirakan hal ini. Saya merasa, ketika saya berdoa, sesungguhnya itu hanyalah harapan2 terbaik menurut saya yang saya minta untuk dikabulkan. Salah? enggak juga. Malah kalau gak doa bisa dibilang sombong.

Jadi apa maksudnya? Yang saya pahami adalah, 'berdoa' nya gak salah apa2. Yang salah adalah sikap kita menghadapi skenario dari-Nya. Seringkali kita meminta ini itu, yang menurut kita baik, tapi ketika tidak tercapai, tak terucap syukur dari mulut kita. Seringkali kita berekspektasi tinggi bahwa Allah akan memberi yang terbaik untuk kita, namun saat mendapatkannya, malah protes atau malah minta ganti. Padahal, semuanya sama2 berasal dari Allah.

Saya memahami ini karena rasanya #jleb banget. Saya akui, sejak ramadhan kemarin saya seringkali mengulang2 doa yang sama, khususnya tentang masa depan: karier, jodoh, rezeki. Dan sekarang saya baru sadar, bahwa yg saya minta itu adalah apa yg menurut saya terbaik untuk saya. Misal, punya kerjaan sesuai passion, jodoh yang cantik, punya banyak uang. Padahal, apakah itu semua benar-benar baik untuk saya? Siapa yang tahu selain Allah? Apakah saya siap jika yang saya dapat justru kebalikan dari semuanya? masihkah saya akan bersyukur? karena bisa jadi tanpa disadari, kita bersyukur jika dan hanya jika terjadi sesuatu yang baik menurut kita, dan lupa serta protes pada-Nya saat ekspektasi kita tak dipenuhi.

Itulah mengapa Tere Liye pada akhir post-nya berkata: "Berdoalah. Kemudian bersabarlah." Karena bisa jadi kita terlalu bebal dan bodoh dalam menyikapi skenario terbaik-Nya. Padahal siapa yang lebih tahu apa yg terbaik untuk kita selain Allah? kita hanya mampu menilai yang 'terbaik' berdasar ilmu kita yang sangat sedikit, sedang Ilmu-Nya tak terbatas. Maka, janganlah berprasangka buruk saat realita dan kenyataan yang kita alami, tak sempurna sama seperti harapan dan doa kita.

Kalau begitu, salahkah berdoa? Jelas tidak. Malah, sombong sekali jika kita tidak berdoa. Yang salah adalah jika kita lupa bersyukur, dan berprasangka yang tidak-tidak kepada-Nya, saat doa kita tak sama persis dengan yang didapat. Jadi, saat berdoa, yakinlah Allah akan mengabulkan, namun ingatlah bahwa caraNya tidaklah selalu dapat kita pahami secara langsung.

Alhamdulillah, saya mendapat pengingatan yang tegas seperti ini. Saya seringkali over-optimis akan meraih suatu hal, dan merasa 'jatuh' saat tak tercapai. Padahal, semua adalah karuniaNya. Astagfirullah..

Yapz, semoga bisa jadi pengingat untuk kita, khususnya untuk penulis sendiri. Mungkin masih bingung, atau kurang faham, semoga seiring waktu akan mengalaminya sendiri. Contoh terakhir deh nih ringkasannya, mudah2an jadi ngerti. Misal kita ngarep dapet jodoh si doi. Eh udah doa terus, ternyata si doi malah duluan sama orang lain atau gak mau sama kita. Jleb! Nah jangan sampe gak bersyukur tuh, apalagi ngerasa 'down'. Emang yakin doi jodoh terbaik kita? Yakin gak ada org yg lebih baik buat kita selain doi? Who knows except Allah? tapi, yah, mudah2an gak terjadi sama penulis sih. hahahaa... xD

Mungkin akan sulit untuk dijalankan, memang betul. Tapi, bukankah balasan dari Allah sesuai dengan perjuangan yang kita lakukan? Wallahu'alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pranala Blog-nya anak Jagung

Yak berikut daftar pranala blog anak fasilkom ui 2009 alias Jagung. Dicari dan diambil dari berbagai sumber secara brute force. Yang diambil adalah blog dengan domain sendiri atau yang ada di blogspot, wordpress, blogsome, deviantart, tumblr, .co.cc, dan livejournal. Selain itu seperti formspring dan twitter tidak dimasukkan karena kayaknya bukan termasuk kategori 'blog'. Kalau ada yang ingin menambahkan atau justru tidak ingin dimasukkan, feel free to contact me :)

Satu Tahun Kemudian

Ibarat film, blog ini mengalami percepatan lini masa ke satu tahun mendatang, sejak entri pos terakhir ada. Tidak sama persis sih, karena memang secara harfiah setahun (lebih) kemudian baru nulis lagi, bukan percepatan. Hahaha, cuma bisa ketawa miris xD Banyak banget yang sudah terjadi selama setahun terakhir ini. Buat teman-teman saya yang terhubung di media sosial, khususnya facebook, tentunya tahu peristiwa bersejarah untuk saya tahun lalu: menikah. Sejak saat itu, dunia yang tadinya seakan diputar dalam pola warna grayscale dari kacamata seorang jomlo, berubah menjadi full color . :D sumber

Ekspektasi

Seorang kawan pernah nge-tweet, "If you expect nothing, you'll get everything". Sekilas sih emang bener, kalau kita gak ekspek apa2, maka semua yang kita dapat akan menjadi suatu hal yang cenderung menyenangkan. Ada yang bikin rumus, kebahagiaan = realita - harapan. Ketika harapan/ekspektasi dihilangkan (0), maka realita apapun yang terjadi akan menjadi sumber kebahagiaan. Sayangnya, semua itu hanya teori. sumber Walau secara pikiran sadar kita bilang ke diri sendiri, "Jangan berharap apa-apa", secara berulang-ulang, pikiran bawah sadar kita sesungguhnya sudah memiliki harapan itu sejak awal, bahkan sebelum kita memikirkannya. Bisa aja kita menyangkal, tapi tetap saja harapan atau ekspektasi itu tetap ada di sana. Maka, yang paling bisa kita lakukan bukan lah menghilangkan ekspektasi itu, tapi mengelolanya (manage). Dari mana datangnya ekspektasi? Dari mata turun ke hati katanya. Atau lebih tepatnya secara sains, dari mata naik ke otak. Artinya, segala i