![]() |
sumber: http://blog.mustangpark.lincolnapts.com/files/2010/11/meeting_people.png |
Begitukah?
Secara logika bener sih, selama pertemuan itu terjadi di dunia ini. Tapi menurut saya, itu hanya pandangan pesimis aja. Seakan, sebuah pertemuan itu hanya akan menimbulkan kesedihan saat perpisahan itu datang. Apakah pernah berpikir seperti itu?
Well, gak salah juga sih. Saat harus berpisah dengan orang yang cukup dekat dengan kita, hal yang manusiawi jika kita merasa sedih. Tapi ya jangan berlebihan juga sedihnya sampai gak mau move on. Yakin deh, masih akan banyak pertemuan lain yang bisa jadi lebih baik dari sebelumnya. Lebih baik dalam hal orang yang kita temui, bisa juga kualitas dari hubungan setelah pertemuan itu. Kita kan gak pernah tahu akan bertemu dengan siapa saja nanti kan? toh, selama ini juga pertemuan baru yang kita alami biasanya dengan orang yang kita gak tahu sebelumnya, bukan begitu?
Coba deh inget-inget, pernah gak sih kita mengira akan bertemu bahkan bisa dekat dengan semua orang yang kita saling kenal saat ini? harusnya sih gak. Pas di sekolah misalnya, pernah mikir bakal ketemu temen sebangku (tepatnya semeja, atau temen yg duduk di sebelah kita :p) yang mungkin kelakuannya beda 90 derajat dengan kita? atau ketika sudah kuliah, apa sebelumnya mengira bakal deket dengan teman seangkatan yang (katakanlah) asalnya dari kalimantan sana, padahal kita sendiri dari daratan sumatera?
What I'm trying to say is..we will never know where, when, how will we meet new people. Jadi, kalimat di awal tulisan ini harusnya diubah jadi: "Perpisahan adalah awal pertemuan yang baru". Nah lebih asik kan, lebih optimis!
Terus, kenapa tiba2 ngomongin beginian ya? hehe..
Entahlah, tiba-tiba pengen nulis aja, lagi agak bosen.
Awalnya mikir gini sih, kenapa ya ada orang (baca: ABG labil) yang pacaran terus bilang ke pacarnya dengan meyakinkan "kau adalah hidupku", "aku takkan bisa hidup tanpamu", "kamu mau apa bilang aja, asal kamu jangan tinggalin aku", dll. Oke, contohnya lebay, tapi intinya gitu. Ada orang yang terlalu attached alias merasa terikat ke orang lain, padahal gak ada hubungan yang serius. Sehingga, ketika akhirnya salah satu ninggalin, yang ditinggal langsung galau gak karuan. Update status galau, muter2 lagu "separuh jiwaku pergi" dari pagi sampe pagi lagi. *eh emang ada ya lagu judulnya itu? xD
Atau yang mungkin lebih banyak terjadi, misal si joko (contoh aja, bukan nama sebenarnya xD) punya gebetan di sekolahnya, SMA XYZ. Kebetulan gak pernah sekelas, jadi cuma ketemuan kalau ada kegiatan ekskul. Normal dong, kalo si joko ini coba usaha deketin si doi. Tapi sayangnya, gak berhasil, sampe lulus. Galau deh. Eh tapi kebetulan, masih satu kampus walau beda fakultas. Awalnya seneng, tapi bagai petir di siang bolong, si joko pas mau stalking FB nya doi, ternyata udah "in a relationship with John Smith". Duer! galau kuadrat deh. Seakan, cinta sejati hanya ada dalam dongeng saja..
Dua contoh di atas itu hanya ilustrasi saja. Intinya, kadang kita terlalu terikat dengan seseorang, padahal tidak ada ikatan khusus di dalamnya. Sehingga, ketika harus berpisah, atau takkan bisa "terikat" lagi dengannya, hidup langsung terasa hampa. Ini yang harus kita sadari dari awal. Gak usah lah mikir "gw gak akan bisa ketemu orang lain seperti dia, yg bikin gw". Who knows? siapa tau kita ketemu orang yang lebih baik dari sebelumnya..
Begitulah, semoga bisa jadi pengingat untuk kita, terutama buat yang nulis. Jadikan setiap pertemuan kita bermakna, membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi jangan terlalu berlebihan attached, sehingga susah move on jika sudah waktunya berpisah, langsung atau tidak langsung.
Komentar
Posting Komentar
silakan komentar