Sering kita mendengar dan mengamini pernyataan bahwa kebermanfaatan sesuatu sering kali baru kita sadari saat sesuatu itu sudah tak ada. Namun, setelah mendengar hal itu berulang kali, pernahkah kita benar-benar mensyukuri nikmat yang kita punya hingga saat ini? ataukah semua itu hanya sekedar kata mutiara tanpa makna di telinga kita?
Penulis jadi teringat beberapa minggu yang lalu, ketika penulis ingin ikut acara donor darah yang dipelopori oleh BEM di fakultas. Seperti standar operasional donor darah pada umumnya, para calon pendonor akan dicek terlebih dahulu mengenai kondisi kesehatan tubuhnya saat itu. Kebetulan penulis dapat giliran belakangan walau datang di awal-awal karena pas nunggu pendaftaran sambil bantuin seorang teman mengerjakan tugasnya. Yang menarik perhatian, dari sekian banyak orang yang dicek di awal, ternyata cukup banyak yang tidak memenuhi standar kondisi ideal untuk menjadi pendonor. Mungkin bisa dikatakan 6 dari 10 ditolak jadi pendonor.
Alasannya pun bermacam-macam, walau sebenarnya tes yang dilakukan amat sederhana. Ada yg gagal menjadi pendonor karena trombositnya kurang, minum obat 3 hari terakhir, tensinya terlalu tinggi atau rendah, dsb. Teman yg lagi penulis bantuin tugasnya pun gagal, jika tak salah karena jumlah trombositnya kurang katanya.
Lain lagi dengan teman lain tepat sebelum penulis. Dia cek darahnya oke gak masalah, tapi saat dicek tensinya mas-mas pengeceknya berwajah muram pertanda kurang baik. Beliau tiba-tiba bertanya, “Mas, suka begadang ya?”, deg, teman penulis terlihat agak kaget mendengarnya. Mungkin dalam hatinya berkata, nih mas-mas petugas PMI atau paranormal sih, kok bisa tau?? :D. Agak ragu,dia pun menjawab, “ya kadang-kadang sih pak”. “Iya mas, keliatan dari tensinya. Tadi saya ngecek susah banget ‘ngedapetinnya’, gak ‘kena’. Saya saran aja ya mas, secara umur bagus masih muda, tapi kalo masih suka begadang terus, nanti kemungkinan besar umur 30-40 bisa kena stroke.” kurang lebih seperti itu penjelasan dari petugasnya.
Mendengar hal itu penulis langsung kaget dengernya, “waduh, gw gitu juga gak ya”. Sambil agak was-was penulis maju buat dicek tensinya, setelah dinyatakan oke saat cek darah. Set set set, gak nyampe lima menit, petugasnya menyebutkan angka berapa gitu (lupa, kisaran 110 & 70) dan berkata “bagus mas”. Alhamdulillah, bisa dapet makan gratis kesempatan beramal yg gak semuanya bisa, sekaligus pernyataan bahwa diri ini secara umum sangat sehat.
Saat itu penulis serasa disadarkan kembali, bahwa kesehatan merupakan kenikmatan yang penting, namun mirisnya sangat sering kita abaikan. Mungkin kita sering mengucap syukur atas nikmat kesehatan ini, namun apakah perbuatan kita mencerminkan rasa syukur pula?
Hal ini yang kita termasuk penulis sendiri sangat sering melupakannya.. Beberapa hari yang lalu, penulis ke optik untuk membuat kacamata baru karena yang lama sebelah kacanya pecah. Dan karena penulis merasa min-nya nambah, akhirnya dicek lagi lah. Hasilnya pun cukup mengejutkan, mata penulis min=nya nambah sekitar -1,25 di kanan dan -0,75 di kiri dari kondisi awal. Astagfirullah..ternyata selama sekitar 3 tahun sejak terakhir ngecek, mata ini semakin berkurang kemampuannya.
Inilah yang sering kita abaikan. Mengucapkan terima kasih, namun lalai untuk menjaganya. Padahal syukur tidak hanya terbatas dalam ucapan, namun juga dalam perbuatan. Bukankah sangat aneh saat kita diberi sesuatu yg bermanfaat untuk kita, alih-alih menjaganya kita malah cenderung merusaknya. Pantaskah kita protes kepada pihak pemberi jika dia tidak mau lagi memberikan karena perbuatan kita sendiri yg menyia-nyiakan pemberiannya? pada akhirnya kita sendiri lah yang akan merugi..
Kawan, marilah kita renungi lagi apa saja yang telah kita lalui hingga saat ini. Sudahkah kita bersyukur, benar-benar bersyukur, atas nikmat sehat badan, sehat mata, sehat telinga, sehat –sehat lainnya, dan segala nikmat yang tak pernah terpikirkan oleh kita, tidak hanya dalam ucapan, tapi juga perbuatan kita sehari-hari.. Tak perlu lah kita menunggu sampai Sang Pemberi segala nikmat tersebut mengambil pemberian-Nya untuk mengingatkan kita.. Walau kesibukan segudang, kerjaan segunung, ujian tinggal menghitung jam, janganlah kita lalai untuk menjaga kenikmatan khususnya kesehatan kita. Agar Dia Yang Maha Pemberi tidak ‘kecewa’ terhadap kita, malah terus memberikan nikmatnya itu hingga tak terbatas..
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim : 7)
Komentar
Posting Komentar
silakan komentar