Langsung ke konten utama

(BRB) Ketika penumpang berbohong kepada anak haram...

Ada yang tahu maksud dari judul postingan ini? Jika Anda merasa tidak mengerti, lebih baik Anda segera tinggalkan blog ini dan belajar lah bahasa Indonesia..tapi bo’ong deng..hehe. Masa pembaca yang satu-satunya ini mau diusir sih..tongue Judul itu adalah terjemahan bebas dari rangkaian judul film yang akan penulis sajikan short-reviewnya, yaitu Passengers, Body of Lies, dan Inglorious Basterds. Peringatan! Tulisan di bawah sedikit banyak menceritakan ending film, jadi ya ngerti lah ya. Read at your own risk. Cheers

Passengers

Mengisahkan seorang terapis korban kecelakaan yang menangani sekelompok korban selamat dari sebuah kecelakaan pesawat. Mengalami berbagai keanehan selama menangani kelompok ini, si terapis itu merasakan sebuah kejanggalan karena klien-kliennya ilang-ilangan dan membuat sebuah teori semua itu dilakukan oleh perusahaan pesawat yang kecelakaan tersebut. Namun pada akhirnya, dia mendapati kenyataan bahwa ternyata semua itu hanya ilusi, bahwa sebenarnya tidak ada satu orang pun yang selamat dari kecelakaan pesawat tersebut, dan si terapis itu pun termasuk di dalamnya! Nah loh, jeleger!! surprise Pada awalnya penulis kira ini seperti film-film lain yang mengisahkan seseorang berjuang untuk mencari kebenaran dan keadilan. Eh ternyata endingnya cukup twisted atau tak terduga banget, sebenernya sih cukup membingungkan Sky. Ya gimana gak, ternyata tokoh utama—si terapis—itu sebenernya udah mati di dalam kecelakaan pesawat itu. Nah kan bikin bingung, jadi selama ini dari awal yang ditonton itu hantu? Hehe.. Secara garis besar sih yah standar lah ceritanya, tapi yang ngeselin tuh kenapa endingnya terkesan aneh gitu? Gak ada penjelasannya lagi kenapa bisa gitu, menurut penulis sendiri malah mikir endingya tuh gak masuk logika, jadinya bikin gak puas gitu deh. Tapi terlepas dari itu semua, penulis juga bisa merasakan emosi ceritanya kok, penulis juga kan manusia Sky... Terkadang kita gak mau nerima keadaan yang kita alami saat ini dan menganggap semua itu tidak nyata. Namun pada akhirnya kita harus menerima kondisi kita yang sebenarnya, bukan kondisi yang kita pikir kita berada dalam kondisi tersebut. Ngerti gak nih? :D Intinya, kita harus ikhlas jika kita memang sudah kehilangan sesuatu yang sangat berharga sekalipun, agar kita dapat hidup tenang dan tidak hidup dalam kepalsuan.

Body of Lies

Sebuah cerita mengenai agen rahasia Amerika yang sedang mencari pelaku utama serangan bom bunuh diri di Eropa, diyakini berada di sekitar Yordania (kalau tidak lupa). Dibantu oleh Kepala Intelejen Yordania, si agen ini berusaha untuk mendekati organisasi teroris yang sedang diburu itu dengan berbagai cara. Kebanyakan caranya itu dengan berbohong kepada banyak pihak termasuk kepala intelejennya juga dibohongin, makanya judul filmnya tuh Body of Lies :p. Agen ini pun merekayasa pengeboman sebuah kamp tentara Amerika dan membuatnya seolah-olah itu dilakukan oleh seseorang dari kaum Jihadis—yang mereka anggap sebagai teroris. Ah kepanjangan kalau diceritakan sampe abis, ntar aja ye di bagian review lengkap :D. Hal yang cukup keren dari film ini adalah aktor utamanya, Leonardo DiCaprio. Tapi bo’ong :p hehe. Teknologi yang terlihat di film ini yang keren, salah satunya yaitu satelit yang bisa ngeliat permukaan bumi secara live dengan resolusi 2010 yang sangat tinggi, nge-fake email orang juga kayak masak air saking gampangnya. Entah pernah dipakai juga cara rekayasa ini atau tidak oleh Amerika, hal yang paling keren adalah ketika si Agen Ferris itu ketangkep sama tero terus diinterogasi gitu deh. Dia bilang kalau si bos tero itu salah menginterpretasikan ayat Al-Qur’an. Dia bilang membunuh orang yang tidak ada kaitannya dengan perang adalah dosa dan itu tercantum dalam Al-Qur’an pula. Beuh ternyata orang sono pun sebenernya ngerti ye tentang itu, atau itu hanya untuk keperluan film saja? Wallahu’alam. Yang dapat penulis ambil hikmahnya tentu saja: berbohong itu tidak baik. Ketika kita sudah berbohong sekali, maka kebohongan lain pun pasti mengikuti untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Kalau dalam programming tuh istilahnya looping atau rekursif tanpa ada break/base case nya gitu deh. Dampaknya mungkin untuk sesaat menguntungkan, namun ketika orang lain tahu bahwa dia dibohongi langsung ancur dah kepercayaan dia sama kita. Makanya, sepait apa pun kebenaran, katakanlah hal itu apa adanya. thumbs up

Inglorious Basterd

Haduh capek juga ya kalau nulis banyak-banyak. Namun demi pembaca yang menantikan, penulis rela deh ngelanjutin perjuangan..:) Ini dia film yang cukup unik dan berbeda dari film perang lainnya. Berlatar perang dunia ke-2, dimana Hitler masih berkuasa dan sekutu berusaha dengan berbagai macam cara untuk mengalahkan Nazi. Fyi, rating film ini > 8.0 loh di IMDB.com, dimana angka 8 itu susah banget didapat di situs itu. Oya inti ceritanya, ada sekelompok orang yahudi dari pihak sekutu yang bergerilya di wilayah Nazi deket perbatasan Perancis. Mereka tuh terkenal banget tapi gak pernah bisa ditangkep sama Nazi. Nah tugas khusus mereka itu ngebunuh Hitler dan kroni-kroninya. Terbantu pula oleh skenario seorang yahudi yang dulu keluarganya jadi korban pembantaian Nazi, mereka akhirnya berhasil membunuh Hitler di sebuah Bioskop yang lagi tayang perdana/premiere film tentara Nazi gitu deh. Seru lah pokoknya. Untuk penulis yang masih awam di dunia (nonton) perfilman, awalnya agak bingung karena alur ceritanya tuh agak lambat, gak kaya film perang lainnya yang penuh dengan ketegangan. Namun sang sutradara tampaknya sangat piawai sekali merangkai adegan demi adegan sehingga bikin penasaran en kekejaman perangnya tuh kerasa dengan cara yang berbeda daripada film lain. Tak heran bila film ini mendapat rating bagus. Akting dari setiap tokohnya juga lumayan keren, karakternya sangat terlihat dari setiap pemeran. Pesan yang penulis dapatkan..apa ya? :p hm mungkin salah satunya adalah pantang menyerah. Walau di wilayah musuh, mereka tetap berani beraksi membunuh Nazi satu persatu. Pokoknya sebelum target mereka tercapai, mereka tak akan berhenti walau teman-temannya sudah tidak ada. Semangat dalam membela tanah air dan bangsanya patut kita tiru tuh. :D Oya, satu lagi, jangan pernah berkhianat jika itu untuk keuntungan pribadi saja. Bisa dibilang keberhasilan membunuh hitler juga terbantu oleh sorang perwira Nazi yang ingin menukar negaranya dengan keuntungan pribadi. Akhirnya malah jadi tawanan perang biasa, gak dikasih apa-apa. Kasian deh dia.. lmao

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pranala Blog-nya anak Jagung

Yak berikut daftar pranala blog anak fasilkom ui 2009 alias Jagung. Dicari dan diambil dari berbagai sumber secara brute force. Yang diambil adalah blog dengan domain sendiri atau yang ada di blogspot, wordpress, blogsome, deviantart, tumblr, .co.cc, dan livejournal. Selain itu seperti formspring dan twitter tidak dimasukkan karena kayaknya bukan termasuk kategori 'blog'. Kalau ada yang ingin menambahkan atau justru tidak ingin dimasukkan, feel free to contact me :)

Satu Tahun Kemudian

Ibarat film, blog ini mengalami percepatan lini masa ke satu tahun mendatang, sejak entri pos terakhir ada. Tidak sama persis sih, karena memang secara harfiah setahun (lebih) kemudian baru nulis lagi, bukan percepatan. Hahaha, cuma bisa ketawa miris xD Banyak banget yang sudah terjadi selama setahun terakhir ini. Buat teman-teman saya yang terhubung di media sosial, khususnya facebook, tentunya tahu peristiwa bersejarah untuk saya tahun lalu: menikah. Sejak saat itu, dunia yang tadinya seakan diputar dalam pola warna grayscale dari kacamata seorang jomlo, berubah menjadi full color . :D sumber

Ekspektasi

Seorang kawan pernah nge-tweet, "If you expect nothing, you'll get everything". Sekilas sih emang bener, kalau kita gak ekspek apa2, maka semua yang kita dapat akan menjadi suatu hal yang cenderung menyenangkan. Ada yang bikin rumus, kebahagiaan = realita - harapan. Ketika harapan/ekspektasi dihilangkan (0), maka realita apapun yang terjadi akan menjadi sumber kebahagiaan. Sayangnya, semua itu hanya teori. sumber Walau secara pikiran sadar kita bilang ke diri sendiri, "Jangan berharap apa-apa", secara berulang-ulang, pikiran bawah sadar kita sesungguhnya sudah memiliki harapan itu sejak awal, bahkan sebelum kita memikirkannya. Bisa aja kita menyangkal, tapi tetap saja harapan atau ekspektasi itu tetap ada di sana. Maka, yang paling bisa kita lakukan bukan lah menghilangkan ekspektasi itu, tapi mengelolanya (manage). Dari mana datangnya ekspektasi? Dari mata turun ke hati katanya. Atau lebih tepatnya secara sains, dari mata naik ke otak. Artinya, segala i