Sebegitu sulitnyakah untuk mnjadi orang yang ‘lurus’? Ya, memang sulit jika pertanyaannya seperti itu. Namun bila ditanya,
Sebegitu sulitnyakah untuk istiqamah berusaha menjadi orang yang ‘lurus’? Jika menjawab sulit, tidak salah. Namun bila jawab: sebenarnya gak susah. lebih tidak salah lagi. hehe. Ini memang pertanyaan yang relatif jawabannya, tergantung orang yang menjawabnya. Orang yang 'lurus', ya gampangnya bisa dibilang sebagai orang yang bertakwa. Tapi bukan hanya orang yang dalam kesehariannya selalu senantiasa menjalankan perintah n menjauhi larangan-Nya, namun lebih dari itu dia pun melakukan itu semua dalam hubungan horizontalnya alias kepada sesama makhluk Allah. Entah kenapa bila disebut bertakwa, yang terbayang tuh orang yang kerjaannya sholaat mulu, ibadaah terus, tongkrongannya kalo gak masjid ya pengajian, dsb semacam itu. iya kaaan.. Dan seakan2 tuh orang gak terlalu giat berurusan di/untuk dunia, karena takut dosa kali ye.
Namun orang yang ‘lurus’ seharusnya lebih dari itu, selain urusan ibadahnya bagus, dia juga senantiasa bertakwa dalam hubungannya dengan orang2 di sekitarnya. Tidak membunuh, tidak mencuri, gak nipu, gak mukulin orang lain, gak zhalim, dan gak2 yang lain, ramah, suka membantu, berbuat baik, taat pada orang tua, ah yang kaya gitu sih sudah biasa. Akan tetapi perilakunya juga terjaga dari hal-hal yg sepele, misal tak pernah menyontek dengan berbagai variasinya, gak ngomongin orang, gak pacaran, gak jd orang yang ngeselin, suka bersedekah ke setiap peminta2 yg lewat, tak sungkan mengutamakan orang lain daripada diri sendri, selalu menjaga sikapnya dengan lawan jenis, menjadi orang menyenangkan untuk semua orang di sekitarnya, dan banyak hal lainnya.
Ups, kayaknya ada yang
tidak disengaja digaris bawahin tuh..hehe. Hm,, tampaknya selama masih ada remaja, tak akan pernah habis dibahas ya masalah pacaran ini. Definisi pacaran sendiri sekarang sih menurut penulis seperti ini: hubungan khusus yang intim antara dua orang berlainan jenis. hubungan yang intim maksudnya hubungan yang sangat dekat dan tidak terpisahkan, lebih dari sekedar teman/sahabat, bukan yg macem2..huehehe. Definisi ini yang dipakai dalam artikel ini, jadi jangan ada yg protes tentang definisi ya..hhe, bisa aja ya ngelesnya.
Yang penulis yakini selama ini, bahwa pacaran itu dengan berbagai jenis/tipe/bentuknya adalah haram, selama itu dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan (ini dalam islam, di agama lain gak tau deh). Tapi gak tau ya kalau istilahnya ‘pacaran’ atau ‘in a relationship’ tapi sudah ditetapkan tanggal pernikahannya dalam waktu dekat, insya Allah sih gak apa2 selama masih menjaga adab2 antara laki-laki dan perempuan. Terus jadi bingung nih, perasaan banyak juga orang yang menganggap seperti itu, tapi kenapa ya semakin lama justru semakin banyak yang pacaran atau paling gak pengen gtu buat pacaran? jangan2 cuma penulis dan segelintir orang saja yang yakin pcrn itu haram..gak tau deh. Heran, apa sih istimewanya pacaran? Apakah jika punya pacar, kita jadi lebih berhak untuk mengatur pacar kita itu, atau kita jadi punya akses lebih ke pacar itu? atau mungkin bisa lebih gampang minta bantuannya? jadi ada yang lindungin kalau ada masalah? jadi punya teman cerita untuk apapun kapanpun dimanapun? jadi ada yang nanggung jajan atau beli pulsa gitu? ya enak sih klo jadi yang dibayarin, tapi kalau jadi yang bayarin mah tekor dah. Ya mungkin gantian ya nraktirnya, tapi mau gak mau pasti keluar duit kan pas pacaran, minimal pulsa buat sekedar sms atau chatting. Nah buat anak remaja sekolahan yang kebanyakan masih tergantung pemberian orang tua untuk uang sakunya, apa gak bakalan keteteran tuh. Ya enak sih kalau jadi anak orang kaya, tinggal minta atau nyelipin kartu atm aja bisa dapet duit terus. Ataupun bila uang yang dipakai untuk ‘biaya’ pacaran didapat dari hasil kerja sendiri, kok mau-maunya sih buang2 duit hanya demi bisa berduaan dengan si dia atau sekedar menyenangkan hatinya. Setahu penulis sih, tidak ada hukum yang mengatur harus menafkahi pacar loh. Ya okelah kalau cinta memang butuh pengorbanan, tapi udah dikeluarin zakatnya belum? udah disedekahin belum ke orang yang membutuhkan? karena di sebagian harta kita itu ada hak-hak orang yang tidak mampu lho. Lagipula, kebaikan apa sih yang kita dapat dari pacaran itu? menyambung silaturahmi? yee itu sih gak perlu sampe pacaran. Hati-hati lho, takutnya ‘kebaikan’ yang dianggap bisa didapat dari pacaran itu sebenarnya hanyalah kepuasan lahiriah.. Ah sudahlah, semakin banyak nanya jadi semakin bingung sendiri (karena pas nulis gak ada yang ngasih jawaban,,hehe:). Tapi yang membuat paling bingung sih, kenapa ya virus merah jambu (vmj) yang menjadi biang keladi perilaku pacaran ini begitu hebatnya sehingga dapat menyerang siapapun,kapanpun,dimanapun? dari mulai anak sd yang masih bau kencur (karena abis bantuin emaknya masak) sampai yang bapak-bapak,ibu-ibu siapa yang punya anak bilang akuu…eh salah sambung. bisa terjangkit virus ini dan mendorong keinginan untuk berpacaran, atau melakukan sesuatu seperti orang yang pacaran. Untuk kalangan remaja aja misalnya (smp-sma), tampaknya hanya sedikit remaja yang tidak pacaran atau tidak mau pacaran. Alasannya sih banyak, itu sesuatu yang tidak baik, dapat menimbulkan dosa, gak ada waktu harus fokus belajar dulu, gak boleh sama ortu, ntar klo udah kerja aja, males ntar repot ngurus pacar, gak bisa dapet pacar alias ditolak mulu (hehe),atau mungkin juga ada yang kelainan, huehue,,dan alasan2 pribadi lainnya. Untuk orang2 yang seperti itu, selamat ya!! hehe, memang benar kan mereka, bisa dibilang, lebih terhindar dari peluang untuk berbuat dosa yang lebih besar, jadi harus dikasih selamat dong. Makanya penulis sangat heran bila ada pasangan yang baru jadian malah diucapin selamat sama orang2, apanya yang selamat dari mereka?? Tak usah dipikirkan lah ya yang tadi itu. (ih ge-er siapa juga yang peduliin,,xp).. Bila kita persempit wilayahnya, di kehidupan anak SMA aja, vmj ini sudah benar-benar berseliweran di mana2. Dari sudut-sudut ruang kelas atau gudang di sekolah, sampe meleber ke tempat les atau bimbel. Korbannya pun bisa siapa saja, dari anak kelas satu yang masih polos bahkan sampe aktivis Rohis, yang notabene aktivis dakwah sekolah (ads), yang tadinya subhanallah banget pribadinya! Masalah klasik memang, tapi tetap saja sulit sekali melihat dan menerima kenyataan ini. Rasanya tak adil ya bila menganggap orang yang pacaran itu sebagai orang yang salah dan berdosa, mungkin saja ternyata penulis sendiri lebih banyak salah en dosanya daripada mereka, wallahu’alam. Lebih enak kalau mereka itu dibilang sebagai orang2 yang tertipu oleh vmj. Penulis sadar dan tak menampik fakta bahwa setiap orang pasti pernah terjangkit vmj ini, termasuk penulis sendiri. Akan tetapi fase selanjutnya sangatlah berbeda, sebagian orang berusaha untuk melawan ataupun mengurangi akibat yang dapat ditimbulkan oleh virus ini, dan sebagian lainnya tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu apa dampak yang dapat terjadi sehingga mereka membiarkan virus ini untuk menyerang seluruh sistem organ2 tubuhnya. Mereka yang membiarkan inilah orang2 yang tertipu akan kesenangan sementara yang ditawarkan oleh vmj. Beruntunglah orang yang berusaha untuk memanaje dan menguasai vmj dan tidak tertipu oleh ‘tawarannya’. Walau bagaimanapun, penulis yakin mereka yang berpacaran punya alasan khusus masing-masing kenapa melakukan pacaran. Entah karena memang membutuhkan seseorang untuk bisa menemani sepanjang waktu, mendapat perhatian istimewa, bisa juga untuk membuat pacarnya jadi orang yang lebih baik mungkin, atau hanya untuk bersenang2, atau untuk membuktikan diri sendiri gak ada kelainan? hahaha... Tuh kan jadi panjang gini tulisannya. Ah biarin aja, suka2 yang nulis dong,hehehe. Dari pengalaman penulis, rasanya sudah tak dapat diragukan lagi kehebatan vmj ini dalam menyerang dan menginfeksi hati sesorang. Misalnya, sebut saja si fulan, seorang ads yang harusnya jadi panutan teman2nya di sekolah, mulai menghilang dari kegiatan2 dakwah sekolah justru saat dia menjadi pengurus. Padahal saat masih jadi kader terbina, dia terlihat sangat wah sekali di mata kakak kelas, sehingga diberi kepercayaan untuk menjadi pengurus inti. Namun apa daya, ternyata bibit vmj dalam dirinya yang mulai tumbuh subur tak terlihat oleh orang lain, menjangkiti hatinya, menyebar ke seluruh tubuhnya, dan ya akhirnya dia pun (seperti) pacaran. Atau ada juga si fulan#2, seorang ads juga yang walaupun bukan pengurus inti namun bisa dibilang cukup aktif, sering mengikuti kegiatan rohis baik saat menjadi kader ataupun staff pengurus. Tak pernah ada tanda-tanda dia akan atau ingin pacaran, tapi tiba-tiba saja saat sudah berganti kepengurusan karena sudah kelas 3, tersiar kabar dia sudah jadian, dengan seorang wanita tentunya (klo cwo bakal lebih heboh lagi,,haha). Sungguh teman-teman ads lainnya pun tidak menyangka dia bisa seperti itu, tapi itulah yang terjadi. jangan2 cuma penulis yg gak nyangka, haduh gak terlalu gaul sih nih.. Yah itu hanya sedikit contoh dari banyak peristiwa yang mirip. Mungkin banyak fulan atau juga fulanah lainnya mengalami hal yang sama. Semoga saja pendapat itu salah, dan hanya dua contoh ini saja yang terjadi. Duh jadi meleber kemana-mana nih. Kembali lagi pada pertanyaan awal, sesulit itukah untuk istiqamah, berusaha di jalan yang ‘lurus’? jalan yang memanaje hawa nafsu dunia untuk menggapai nikmat dunia dan akhirat? apa yang membuatmu mengatakan ‘itu susah’? pernahkah kau mencobanya dengan sungguh-sungguh, bertawakal kepada-Nya? Sadarkah engkau akibat jangka panjang yang dapat timbul; Tahukan kawan, orang yang pacaran itu pastinya lebih mengistimewakan pacarnya itu daripada teman2 lainnya (justru krna itu sih dsbut pcar), tapi apakah dia sadar dengan begitu dia bisa saja menzhalimi teman lainnya karena lebih mengutamakn pacarnya? kalau temennya itu pemaaf mungkin gak masalah, tapi kalau temannya itu perasa, ya laen urusannya. satu contoh lagi, sadarkah kawan bila orang pacaran itu paling gak sekali pasti pernah jalan berdua? yah walaupun di sekeliling banyak orang lain, tapi jalan berdua deket2an gitu pernah kan. Nah, tahukah kawan bahwa semua itu akan diminta pertanggungjawabannya kelak? di saat mulut dikunci, mata, tangan, kaki, juga hati akan bersaksi tentang apa yang mereka lakukan saat kau berdua dengan kekasihmu itu. Bagaimana bila kau harus mempertanggungjawabkan apa yang mereka alami itu dahulu di tempat yang sangat ingin kau hindari di akhirat nanti? Mari kita tanyakan kembali pada diri kita, apakah memang ini yang kau inginkan? apakah tidak ada cara lain untuk mendapat itu selain dengan berpacaran? cobalah kawan untuk intropeksi diri, menata hati membangun kekuatan ukhrawi, agar terhindar dari tipu daya setan dalam vmj. Masalah lain yang terkadang muncul untuk keluar dari jerat vmj ini adalah nasi menjadi bubur alias telanjur. Telanjur udah jadian, telanjur udah cinta, telanjur udah syang, telanjur udah lama bareng dia, telanjur udah sangat dekat dengannya, sayang kalau dilepas, takut nyakitin hatinya, dst. Sebenarnya jika kau benar2 mencintai atau menyayanginya, kau harusnya menghindarkan dia dari semua hal yang buruk, termasuk peluang untuk berbuat dosa, bahkan bila itu artinya kau harus ‘memutuskannya’. Ketegasan adalah cinta yang kuat (Mario Teguh). Ketegasan bukanlah harus karena benci atau marah, justru karena cinta kita harus tegas kepada diri kita sendiri dan juga dirinya. Beda loh ya tegas sama arogan. Tegas itu karena kepentingan orang lain yang diutamakan, sedangkan arogan itu untuk kepentingan diri sendiri. Misalnya saja di sekolah, guru kadang sangat tegas terhadap siswa yang datang terlambat, mereka bela-belain datang sangat pagi walaupun rumahnya jauh, hanya untuk melihat apakah ada anak didiknya yang terlambat. Untuk apa mereka melakukan itu dengan tegas? apa dengan begitu mereka bisa dapat kenaikan gaji atau honor tambahan? Tentu tidak. Mereka hanya ingin siswa yang diajarnya bisa disiplin dalam kehidupan ini, sehingga masa depannya lebih berpeluang untuk sukses. Begitu pula dengan bentuk ketegasan lainnya, semua untuk kepentingan siswa, karena mereka cinta anak didiknya.
Ya, tegas! Tegas kepada diri sendiri untuk menolak segala keinginan untuk berbuat yang memakmurkan vmj dan menyenangkan syetan, tegas untuk berprinsip di jalan yang ‘lurus’, juga tegas untuk berkata “Tidak” bila ada pihak lain yang ‘tertipu’ mengajak kita untuk memadu kasih dengan cara yang salah, tentu dengan alasan yang bisa diterima olehnya. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada mereka yang sedang ‘tertipu’, dan menjaga kita semua untuk selalu berada di jalan-Nya yang lurus.. *catatan di kala malam, tuk menghilangkan sedikit kesedihan, dan memulai sebuah harapan.. (mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada salah-salah kata atau pihak yang tersinggung, semua ditujukan untuk mengambil hikmahnya..)
kadang gw bingung, walaupun mestinya ga bingung karena semuanya udah jelas.
BalasHapusiya, gw iya-in apa yang lo tulis, sindiran buat gw dan yang lain. bikin terdiam..
hanya saja, ah. no comment men (lho ini udah post a comment ya? hehe)
-_-
BalasHapusgak jelas nih yang di atas..hehe
sulit,tapi sesulit apa pun, bukan berarti tidak mungkin kan?
BalasHapus*btw,panjang amat ni postingan,sepertinya cukup matang dipersiapkan..hehe
yah dari luar memang terlihat sulit, namun bila dijalani dan disadari akan terasa lebih indah..(kayaknya sih,hehe)
BalasHapusah gak juga, pagi-pagi brainstorm, malemnya ngerapiin bahasanya, alhamdulillah bisa panjang..loh kok.. :p